Langsung ke konten utama

6 bulan

Please kindly play this songs when u read this :
-          Maudy Ayunda – Tahu diri
-          One Direction – One Thing
-          Ran – Dekat dihati
-          Endah n Rhessa – When you love someone

Haruskah kita percaya pada fakta? Lalu, bagaimana jika kita memilih untuk tidak mempercayainya? Salahkah kita?
Faktanya, mempercayai sebuah realita, tak semudah ketika kita membuat prasangka. Tak seindah rasanya ketika jatuh cinta. Juga tak sebahagia seperti kencan untuk yang pertama.
Aku, salah seorang yang takut mempercayai realita. Bagaimana kalau nyatanya fakta itu menyakitkan? Bagaimana jika realita membuatku terluka? Aku takut. Aku seorang pengecut.
Terlalu banyak mimpi dan angan yang kubuat sendiri. Hingga aku tak sadar, aku terlalu berharap. Aku tak realistis. Memimpikan sesuatu yang tak pasti, yang tak akan pernah terjadi. Tapi, bukankah setiap jiwa punya mimpi? Bukankan setiap insan berhak mempunyai harapan? Jawabnya iya. Tapi di kisahku, harapan itu justru membawaku semakin jatuh. Tidak. Jangan salahkan orang itu. Salahkan saja aku, yang dengan beraninya mencoba menawarkan hati yang baru. Dengan tidak sopannya mencoba masuk ke hati yang bahkan sudah terisi.-

September, 2000
Aku mulai melihatmu. Menyadari keberadaanmu disekitarku. Awalnya biasa namun akhirnya bahkan aku sendiri pun tak menduga. Saat kamu berjalan melewatiku dengan teman-temanmu disetai gelak tawamu-Yang bahkan tanpa kusadari membuat atmosfer sekitarku dipenuhi rasa bahagia-Seperti asyik dengan dunia kalian sendiri. Hingga tak menyadari keberadaanku.
Kamu dan temanmu, berjalan beriringan. Memenuhi jalanan. Seakan ingin menunjukkan. Hei, inilah kami. Sekelompok pemuda yang akan merubah masa depan. Akhirnya, aku mulai kagum padamu. Bagaimana tidak? Setiap hari, kamu dan teman-temanmu berduyun-duyun, mendekati rumah Tuhan. Masuk ke dalamnya, dan berdoa untuk kebahagiaan semesta. Sepertinya pria macam inilah yang pantas dijadikan masa depan. Aku pikir.

Oktober, 2000
Satu bulan sudah aku mengamatimu. Melihat tingkah lakumu. Ah, tampaknya semakin hari semakin besar rasa kagumku kepadamu. Harapanku padamu kian besar. Menggantungkan harapan pada orang yang bahkan tidak kenal denganku? Cih, betapa bodohnya aku saat itu.
Harapanku pupus. Ketika kutahu kau-yang bahkan belum kutahu namanya- berjalan beriringan. Bukan. Bukan berjalan beriringan dengan teman-temanmu seperti biasa. Tapi kali ini dengan seorang wanita. Bukan hanya sekali, bahkan berkali-kali. Hancur? Mungkin. Aku merasa sia-sia. Aku merasa bodoh. Aku egois ketika merasa tak seharusnya kamu bersama wanita itu. Aku cukup egois ketika menginginkanmu ada.
Aku memaksa diriku sendiri untuk tak melihatmu, untuk berhenti mengagumimu. Karena semakin aku melihatmu, semakin dekat aku dengan kehancuranku. Tapi? Bukankah hati tak bisa diatur? Bahkan oleh diri sendiri. Ia tak bisa diprediksi. Kapan akan jatuh hati, dan kapan akan berhenti mengagumi.
Sekuat tenaga ku berusaha, untuk berhenti menantimu. Berhenti berharap akan sesuatu yang tak pasti. Tapi, apa dayaku? Seperti kataku. Hati tidak bisa diatur dan tidak bisa diprediksi. Setengah hati seperti menyuruhku berhenti mengagumi, namun hati yang lain seperti tak mau berhenti. Ia berkata terus berusaha dan jangan menyerah memperjuangkanmu. Sialku, aku lebih memilih untuk berusaha dan tetap menantimu. Walaupun pada akhirnya aku tahu, akulah yang akan kalah pada persaingan ini. akulah yang akan tenggelam dalam perasaanku sendiri.
Seakan tak ada habisnya. Hal yang membuatku semakin hancur datang. Bagaikan angin. Ia tak membiarkan daun diam. Angin terus mengusik daun hingga akhirnya daun itu jatuh. Kemudian terinjak oleh kaki-kaki makhluk yang berjalan diatas muka bumi.
Begitupun aku. Seperti tak pernah membiarkanku istirahat dan bersantai. Kabar buruk datang. Kamu mengalami suatu accident. Hingga harus dirawat 3minggu lamanya. Aku panik sepanik-paniknya. Beruntunglah, aku berhasil menahan langkah kakiku untuk tidak berbuat gegabah berlari menuju tempatmu dirawat. Kutahan dalam-dalam keinginan untuk bertanya pada teman-temanmu tentang bagaimana keadaanmu. Hingga 3minggu kedepan. Tak akan kudengar suara motormu yang bahkam sudah kuhafal diluar kepala. Yang dengan gilanya bisa membuatku lari menuju jendela hanya untuk melihatmu  datang. Ingatlah, aku selalu berdoa untuk kesembuhanmu.

November, 2000
3minggu berlalu. Kamu kembali. Dengan keadaan kaki yang di gips-akhirnya kutahu bahwa kakimu patah- tenanglah wahai pria, kakimu itu tak mengurangi rasa kagumku kepadamu. Justru, rasa kagumku bertambah ketika melihatmu dengan semangatnya berjalan beriringan seperti tak pernah terjadi apa-apa menuju ke rumah Tuhan. Kamu mengingatkanku, bagaimanapun keadaan manusia, kita tak boleh lupa pada Sang Pencipta.
Hari-hari ku masih dilalui dengan memperhatikanmu diam-diam. Akhirnya kutahu namamu. Nama yang indah dan akan selalu kuingat. Setelah kamu kembali, aku sudah tak pernah melihatmu berjalan dengan wanita tempo hari. Ah, betapa senangnya aku. kamu kembali, dengan keadaan sendiri.
Kamu saat itu masih belum bisa mengendarai kendaraan hingga akhirnya harus antar-jemput. Dan, tahukah kamu? Aku selalu ikut menunggu bersamamu. Memastikan kamu pulang baru akhirnya aku pulang ke rumah. Pulang. Adalah hal yang paling aku nantikan. Bagaimana tidak? Dengan begitu aku bisa puas memandangimu secara cuma-Cuma. Lewat celah jendela. Aku rasa, bahkan cerita-cerita roman pun bisa kalah dengan kisahku.

Desember, 2000
Masih dengan rasa yang sama. Masih dengan penantian yang sama.
Akhirnya, kamu mulai bisa berkendara sendiri. Harus senang? Ataukah sedih? Senang karena akhirnya kutahu, penderitaanmu telah usai. Gipsmu telah dilepas. Perlahan tapi pasti, kamu mulai berangsur-angsur membaik. Sialnya, aku jadi tak memiliki kesempatan lagi ikut menungguimu, memperhatikan setiap tingkahmu secara Cuma-Cuma. Melihatmu kepanasan ketika menunggu jemputan yang membuatku ingin berlari membawakan payung untukmu.
Akhir tahun datang. Hari libur yang dinantikan orang lain, justru membuatku sedih. Karena dengan libur, itu berarti intensitas bertemu denganmu berkurang.

Januari, 2001
Tahun baru datang. Seperti inikah rasanya ketika kita sedang jatuh cinta? Hari-hari berasa cepat berlalu. Tanpa terasa, 4bulan sudah aku menunggu. Ya, hanya bisa menunggu. Aku terlalu takut untuk memulai. Aku terlalu canggung untuk mendekati. Bagaimana bisa, jantungku berdebar begitu keras ketika semua teman-temanku kompak memanggilmu ketika kamu lewat? Bagaimana bisa hanya dengan berada di dekatmu membuat keringat dingin mengucur deras? Ah, sungguh aku tak tahu.
Pernah, beberapa kali ketika kamu lewat didepanku. Kusuruh beberapa temanku untuk memotretmu. Tapi, entah kenapa sepertinya semua tak berpihak padaku. Tak pernah sekalipun kudapatkan fotomu di kameraku. Selalu saja gagal. Bahkan tak jarang, aku tertangkap basah ketika sedang mengamati dan mencoba memotretmu. Betapa memalukannya. Hahahaha

Februari, 2001
Aku mulai disibukkan dengan urusanku. Hingga waktu untuk memperhatikanmu berkurang drastis. Bahkan pernah sepekan kau tak menampakkan batang hidungmu didepanku. Seperti sedang bersembunyi dari aku. seperti seorang spy yang berusaha mati-matian untuk tak terdeteksi dan tak diketahui keberadaannya atau misinya akan gagal.
Tanpa kusadari. Ketika aku sibuk dengan urusanku. Kamu juga sibuk dengan wanita barumu. Pernah kulihat kamu berjalan beriringan dengan wanita itu. Dengan lembutnya kamu mengacak-acak rambutnya gemas. Ah, sungguh aku iri. Dan aku benci melihat adegan roman picisan itu.
Ingin rasanya pergi saat itu jua. Menyerah. Karena kutahu, semua tak akan bisa dirubah. Semua akan sia-sia tanpa ada keberanian. Dan sialnya, keberanianku tak cukup besar untuk memulai pembicaraan denganmu. Bukankah setelah keberadaan wanita tempo hari dan wanita yang baru-baru ini dekat denganmu cukup untuk meyakinkanku untuk mundur? Tapi, kenapa hati seakan tak jera bahkan setelah berkali-kali disakiti karena cinta sendiri?

Maret, 2001
Setengah tahun. Satu semester. Kulalui dengan sia-sia. Kulalui tanpa kemajuan berarti. Satu hal yang terus memotivasiku untuk bertahan yaitu kamu sendiri. Tapi, setelah keberadaan wanita itu? Haruskah aku masih bertahan? Atau inikah saatnya menyerah? Kembali kepada realita. Dan berhenti berangan.
Aku masih bimbang. Ingin mengakhiri rasa diam-diamku, tapi rasanya aku tak bisa. Mulai kutambah kesibukanku berharap kamu bisa hilang dari ingatanku, tapi sia-sia saja.
Pernah suatu kali, niat untuk melupakanmu semakin kuat. Namun, lagi-lagi. Ketika keinginan itu muncul, justru keadaan berpihak padaku. Entah aku berpapasan denganmu, atau bahkan tak sengaja kendaraan kita berjejer parkir. Ah, entahlah. Aku pun tak tahu.
Ketika keinginan itu mulai kuat. Justru keadaan berpihak padaku. Tapi ketika aku memilih bertahan, seakan-akan banyak halang rintang didepanku. Jalanku tak selalu mulus. 6bulan bukan waktu yang sebentar untuk sekedar rasa kagum. Ini sudah lebih dari cukup. Dan kurasa, inilah saatku berhenti. Berhenti untuk mengagumi. Mencoba terbiasa dengan ketidakhadiranmu. Doakan aku, semoga aku berhasil mengenyahkan segala hal tentangmu yang masih bersarang di otakku.


Novika Ayu Amalia (pelajar, 17 tahun)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teks Iklan

Akhir-akhir ini, pengguna rokok makin meningkat. Baik dari kalangan dewasa bahkan anak-anak pun menggemari kegiatan merokok. Berbagai himbauan atau larangan untuk merokok telah dikampanyekan tetapi para perokok tetap saja merokok. Banyak diantara para perokok tersebut sudah mengetahui dampak buruk rokok bagi kesehatan namun, mereka tetap saja keukeuh untuk merokok dengan alasan yang beragam.   Di bawah ini merupakan contoh iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok.  Struktur teks iklan layanan masyarakat tentang bahaya merokok Orientasi           :            Solusi Hidup Lebih Lama Tubuh Iklan      :            Matikan Rokok Sebelum Rokok Mematikan Dirimu! Justifikasi         :            Berhentil...

Semarak LIGA SMADA

        Senin (2/11/2015) merupakan hari pertama dilaksanakannya Liga Smada. Liga Smada sendiri adalah sebuah kompetisi sepak bola tahunan yang mempertandingkan antar klub di SMA Negeri 2 Magelang. Liga Smada ini ditujukan untuk melatih jiwa sportifitas siswa dan mencari bakat-bakat siswa yang tersembunyi.          Pembukaan Liga Smada dilaksanakan di Lapangan Mako pada pukul 15.00 diikuti oleh klub yang akan bertanding dan panitia Liga Smada. Acara ini dibuka dengan sambutan ketua panitia kemudian ditutup dengan doa.          Dijadwalkan, setiap harinya akan ada 2 klub yang bertanding di dua lapangan yang berbeda. Yaitu Lapangan Mako dan Lapangan Kartika/Kompleks. Liga Smada tahun ini diikuti oleh 15 klub yang terbagi menjadi 4 grup.          Pertandingan hari pertama berlangsung sengit. Kedua kubu sama-sama kuat dalam pertahanan. Para siswa juga antusias untuk mengikuti Liga Smad...