Nama Anggota :
1. Ariesta Indah Puji Astuti
2. Dara Shinta Pratiwi
3. Novika Ayu Amalia
4. Prinka Dea Nurrahma
Kelas XII IPS 4
Subakir : Perangi Jin di Gunung Tidar
Nama Syekh Subakir, sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa. Beliau menjadi tokoh pertama Islam yang datang ke Pulau Jawa. Syekh Subakir lahir di Bagdad, Irak. Beliau adalah ccit dari sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Sala Al- Frisi, seorang pahlawan Islam yang memiliki siasat perang dalam menghadapi tentara Qurais di Makkah maupun Yahudi. Nama lengkap Syekh Subakir yaitu Syekh Subakir bin Abdulloh bin Aly bin Hmad bin Aly bin Ahmad bin Abdulloh bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Aly bin Abubakar bin Salman bin Hasyim bin Ahmad bin Omar bin Aly bin Salman Alfarisiy pahlawan Islam dalam Perang Handaq. Sejak kecil beliau hidup dalam lingkungan keluarga yang taat dalam menjalankan agama Islam. Syekh Subakir termasuk anak yang paling pintar dan mewarisi keahlian ayah dan kakeknya. Melihat perkembangan kepandaian Syekh Subakir dalam mempelajari ajaran agama Islam dan ilmu beladiri menjadikan orang tuanya senang dan bangga karena nantinya ada yang melanjutkan perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam.
Kemudian ketika menginjak remaja, Syekh Subakir tumbuh menjadi seorang anak yang pandai dalam segala hal. Seperti ilmu melihat dan menaklukkan jin. Memang waktu itu di Bagdad masalah jin sudah tidak asing lagi. Orang-orang sudah banyak yang mampu berkomunikasi dengan para jin. Menginjak usia muda, Syekh Subakir merupakan seorang pemuda yang intelektual. Selain itu Syekh Subakir memiliki kepedulian dan perhatian terhadap lingkungan dan alam sekitar. Sebagai pakar dalam bidang ekologi, beliau banyak sekali membaca fenomena-fenomena alam terutama bidang Mountainologi, yaitu ilmu tentang gunung berapi. Lama kelamaan, namanya cukup terkenal sebagai ulama muda yang memiliki ilmu yang cukup lengkap dan memiliki keberanian dalam menghadapi berbagai macam hambatan dan tantangan, baik yang dilakukan manusia maupun makhluk halus. Ulama-ulama seusia ayahnya selalu mendukung kiprahnya dalam berdakwah.
Karena beberapa hal tersebut, Syekh Subakir diutus secara khusus untuk menangani masalah-masalah yang terkait dengan spiritual yang pada saat itu merajalela di Pulau Jawa. Dengan membawa bekal secukupnya ditambah perbekalan makan dan minum serta peralatan pertanian, Syekh Subakir menaiki kapal yang terbuat dari kayu. Rakyat Kerajaan Turki Usmani dan sultan mengantarkannya sampai di pinggir pantai. Harapannya nanti mampu menaklukan danyang, dedemit, dan jin yang berkuasa di Pulau Jawa. Kapal yang dinaiki Syekh Subakir lama-kelamaan meninggalkan pantai Kerajaan Dinasti Usmaniyah yang berad di Turki menuju tengah lautan. Banyak pelajaran yang dapat diambil setelah berbulan-bulan berada di tengah lautan. Yaitu betapa besar kekuasaan Allah. Di mana manusia terasa kecil. Kalau kapal tenggelam, maka penumpangnya juga tenggelam.
Hati Syekh Subakir mulai berdebar-debar ketika kapal mulai mendekati Pulau Jawa. Sebab kabar yang beredar setiap orang asing yang tinggal di Pulau Jawa hidupnya tidak akan lama. Kerajaan Sriwijaya yang ada di Pulau Sumatra tidak mampu menguasai Pulau Jawa. Begitupula dengan Kerajaan Tiongkok dibawah kekuasaaan Jeng Khis Khan gagal menguasai Pulau Jawa. Begitupun dengan Kerajaan Turki Usmani. Orang-orang yang dikirim banyak yang meninggal. Kedatangan ulama dari Bagdad ini tidak ada orang yang tahu. Dengan langkah kaki yang tegap, ia menuju daratan bersama pengikut-pengikutnya. Di sini beliau bersyukur kepada Allah karena bisa mendarat di Pulau Jawa dengan selamat.
Selanjutnya, Syekh Subakir meneruskan perjalanannya ke Gunung Tidar. Di Gunung Tidar ini Syekh Subakir bertemu dengan seorang penguasa jin dan daerah bekas wilayah Kerajaan Mataram Kuno. Dia bernama Danyang Ki Semar. Dalam pertemuan itu terjadilah dialog yang cukup panjang antara Syekh Subakir dan Ki Semar. Kemudian Syekh Subakir meminta Ki Semar untuk meninggalkan Pulau Jawa namun Ki Semar menolak. Akhirnya terjadilah pertarungan antara Syekh Subakir dengan Ki Semar. Pada pertarungan ini, Syekh Subakir kalah dan ia pulang ke tanah asalnya untuk memperdalam ilmu kembali. Selang beberapa tahun beliau kembali ke Pulau Jawa setelah menguasai ilmu menaklukan jin. Karena di Bagdad banyak jin-jin bahkan rajanya dapat ditaklukkan oleh manusia. Ia datang bersama 15 santrinya dan membawa batu hitam. Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan gejolak, maka para jin mengamuk. Ki Semar sebagai pimpinan makhluk gaib pun marah dan mencari Syekh Subakir. Akhirnya terjadilah pertarungan antara Ki Semar dan Syekh Subakir untuk kedua kalinya. Pada pertarungan kali ini, Ki Semar kalah dan dipaksa mengungsi ke arah selatan. Ki Semar sebagai raja jin dan istrinya bergabung dengan Nyai Rara Kidul yang merajai laut selatan. Sebelum lari, ia bersumpah akan kembali ke Gunung Tidar dan akan menggoda manusia yang imannya lemah. Setelah Syekh Subakir menaklukan keganasan jin jahat, beliau menanam tumbal-tumbal agar Pulau Jawa tidak terombang-ambing oleh lautan dan serbuan balik para jin jahat yang sudah melarikan diri. Tumbal disini dalam bentuk membaca kalimat syahadat dan ayat-ayat kursi.
Tak ada yang mengetahui bagaimana dan dimana Syekh Subakir wafat karena setelah beliau berhasil menyebarkan islam di Pulau Jawa, beliau kembali lagi ke Irak. Jadi, Syekh Subakir ini sangat berjasa dan mempunyai peran penting dalam bidang agama terutama di Pulau Jawa.
Sumber :
Wawancara dengan Mbak Tari juru kunci Gunung Tidar
Buku Pembabaran Tanah Jawa
Foto Juru Kunci Gunung Tidar (sebelah kanan)
Kemudian ketika menginjak remaja, Syekh Subakir tumbuh menjadi seorang anak yang pandai dalam segala hal. Seperti ilmu melihat dan menaklukkan jin. Memang waktu itu di Bagdad masalah jin sudah tidak asing lagi. Orang-orang sudah banyak yang mampu berkomunikasi dengan para jin. Menginjak usia muda, Syekh Subakir merupakan seorang pemuda yang intelektual. Selain itu Syekh Subakir memiliki kepedulian dan perhatian terhadap lingkungan dan alam sekitar. Sebagai pakar dalam bidang ekologi, beliau banyak sekali membaca fenomena-fenomena alam terutama bidang Mountainologi, yaitu ilmu tentang gunung berapi. Lama kelamaan, namanya cukup terkenal sebagai ulama muda yang memiliki ilmu yang cukup lengkap dan memiliki keberanian dalam menghadapi berbagai macam hambatan dan tantangan, baik yang dilakukan manusia maupun makhluk halus. Ulama-ulama seusia ayahnya selalu mendukung kiprahnya dalam berdakwah.
Karena beberapa hal tersebut, Syekh Subakir diutus secara khusus untuk menangani masalah-masalah yang terkait dengan spiritual yang pada saat itu merajalela di Pulau Jawa. Dengan membawa bekal secukupnya ditambah perbekalan makan dan minum serta peralatan pertanian, Syekh Subakir menaiki kapal yang terbuat dari kayu. Rakyat Kerajaan Turki Usmani dan sultan mengantarkannya sampai di pinggir pantai. Harapannya nanti mampu menaklukan danyang, dedemit, dan jin yang berkuasa di Pulau Jawa. Kapal yang dinaiki Syekh Subakir lama-kelamaan meninggalkan pantai Kerajaan Dinasti Usmaniyah yang berad di Turki menuju tengah lautan. Banyak pelajaran yang dapat diambil setelah berbulan-bulan berada di tengah lautan. Yaitu betapa besar kekuasaan Allah. Di mana manusia terasa kecil. Kalau kapal tenggelam, maka penumpangnya juga tenggelam.
Hati Syekh Subakir mulai berdebar-debar ketika kapal mulai mendekati Pulau Jawa. Sebab kabar yang beredar setiap orang asing yang tinggal di Pulau Jawa hidupnya tidak akan lama. Kerajaan Sriwijaya yang ada di Pulau Sumatra tidak mampu menguasai Pulau Jawa. Begitupula dengan Kerajaan Tiongkok dibawah kekuasaaan Jeng Khis Khan gagal menguasai Pulau Jawa. Begitupun dengan Kerajaan Turki Usmani. Orang-orang yang dikirim banyak yang meninggal. Kedatangan ulama dari Bagdad ini tidak ada orang yang tahu. Dengan langkah kaki yang tegap, ia menuju daratan bersama pengikut-pengikutnya. Di sini beliau bersyukur kepada Allah karena bisa mendarat di Pulau Jawa dengan selamat.
Selanjutnya, Syekh Subakir meneruskan perjalanannya ke Gunung Tidar. Di Gunung Tidar ini Syekh Subakir bertemu dengan seorang penguasa jin dan daerah bekas wilayah Kerajaan Mataram Kuno. Dia bernama Danyang Ki Semar. Dalam pertemuan itu terjadilah dialog yang cukup panjang antara Syekh Subakir dan Ki Semar. Kemudian Syekh Subakir meminta Ki Semar untuk meninggalkan Pulau Jawa namun Ki Semar menolak. Akhirnya terjadilah pertarungan antara Syekh Subakir dengan Ki Semar. Pada pertarungan ini, Syekh Subakir kalah dan ia pulang ke tanah asalnya untuk memperdalam ilmu kembali. Selang beberapa tahun beliau kembali ke Pulau Jawa setelah menguasai ilmu menaklukan jin. Karena di Bagdad banyak jin-jin bahkan rajanya dapat ditaklukkan oleh manusia. Ia datang bersama 15 santrinya dan membawa batu hitam. Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan gejolak, maka para jin mengamuk. Ki Semar sebagai pimpinan makhluk gaib pun marah dan mencari Syekh Subakir. Akhirnya terjadilah pertarungan antara Ki Semar dan Syekh Subakir untuk kedua kalinya. Pada pertarungan kali ini, Ki Semar kalah dan dipaksa mengungsi ke arah selatan. Ki Semar sebagai raja jin dan istrinya bergabung dengan Nyai Rara Kidul yang merajai laut selatan. Sebelum lari, ia bersumpah akan kembali ke Gunung Tidar dan akan menggoda manusia yang imannya lemah. Setelah Syekh Subakir menaklukan keganasan jin jahat, beliau menanam tumbal-tumbal agar Pulau Jawa tidak terombang-ambing oleh lautan dan serbuan balik para jin jahat yang sudah melarikan diri. Tumbal disini dalam bentuk membaca kalimat syahadat dan ayat-ayat kursi.
Tak ada yang mengetahui bagaimana dan dimana Syekh Subakir wafat karena setelah beliau berhasil menyebarkan islam di Pulau Jawa, beliau kembali lagi ke Irak. Jadi, Syekh Subakir ini sangat berjasa dan mempunyai peran penting dalam bidang agama terutama di Pulau Jawa.
Sumber :
Wawancara dengan Mbak Tari juru kunci Gunung Tidar
Buku Pembabaran Tanah Jawa
Foto Juru Kunci Gunung Tidar (sebelah kanan)
Komentar
Posting Komentar